163 Kumpulan Contoh Puisi Lama Dalam Bahasa Indonesia Lengkap Setiap Jenisnya

Posted on

Contoh Puisi Lama – Seperti yang telah kita ketahui, puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat dengan beragam aturan dan telah muncul sejak zaman dahulu. Puisi lama terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pantun, syair, gurindam, dan mantra.

Sebelumnya kita telah membahas dengan detail mengenai puisi lama pada artikel sebelumnya. Baca : Pengertian Puisi Lama. 

Artikel kali ini kita akan menyajikan berbagai macam contoh puisi lama berdasakan jenisnya.

Contoh Puisi Lama Pantun

Jika pergi ke padang datar
Jangan lupa pulang berlabuh
Jika kita kepingin pintar
Belajarlah sungguh-sungguh

Jika ingin mendulang cadas
Jangan lupa palu baja
Jika murid tumbuh cerdas
Guru pun ikut bahagia

Jika kamu pergi ke dusun
Jangan lupa bawa beras
Belajarlah dengan tekun
Agar kita naik kelas

Jika kita makan petai
jangan lupa makan kerupuk
Jika kita ingin pandai
Ranjin-rajin baca buku

Kehutan mencari rusa
Hendaklah membawa tali
Wahai anak-anak bangsa
Cepat bangun lekas mandi

Andai ini hari rugi
Tentu mujur esok lusa
Jangan lupa gosok gigi
Sebab kamu anak bangsa

Hendaklah melempar jangkar
Kalau ada perahu singgah
Kalau anak bangsa pintar
Negeri ini akan bangga

Masak angsa dikuali
Bukan saja di perigi
Hendaklah kamu mengabdi
Di pangkuan ibu pertiwi

Pergilah ke tepi kali
Jangan lupa bawa guci
Bangkitlah anak pertiwi
Bangunlah negerimu ini

Jika kita pegang kuas
Melukislah pada kertas
Jika anak bangsa cerdas
Bangsa pun berkualitas

Jika hendak kamu melamar
Jangan banyak tulis dihapus
Jika siswa rajin belajar
Sudah tentu pasti lulus

Menepuk air di bak mandi,
terpercik muka sendiri.
Bila ingin setiap waktumu berarti,
jangan terjebak rutinitas sehari-hari.

Mencari suatu lokasi tersembunyi,
lebih mudah dari tempat yang tinggi.
Ambilah jarak dari perilaku sehari-hari,
biar lebih mudah menggali potensi diri.

Dari mana datangnya linta,
dari tanah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta,
dari mata terus ke hati.

Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua

Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga

Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

Apa tanda Pinang berbuah
Banyak burung menyeri mayangnya
Apalah tanda orang bertuah
Bijak menghitung hari didepannya

Berbuah kayu ditengah padang
Daunnya rimbun tempat berteduh
Bertuah Melayu berkasih-sayang
Hidup rukun, sengketa menjauh

Apalah tanda batang Pandan
Daunnya panjang duri berduri
Apalah tanda orang budiman
Dadanya lapang, tahukan diri

Apalah tanda batang Nipah
Tumbuh di pantai, banyak pelepah
Apalah tanda orang bertuah
Elok perangai, hati pun rendah

Contoh Puisi Lama Mantra

Mantra untuk mengobati orang dari pengaruh makhluk halus :
Sihir lontar pinang lontar
terletak diujung bumi
Setan buta jembalang buta
aku sapa tidak berbunyi

Mantra berburu rusa :
Sirih lontar pinang lontar
terletak diujung muara
Hantu buta jembalang buta
aku angkat jembalang rusa

Mantra pengobat sakit perut :
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi

Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

Jampi Dukun Betawi
Suara adzan dibisikkan ke telinga si bayi

Bismillah…
Mate jangan seliat-liatnye
Kuping jangan sedenger-dengernye
Lidah jangan sengomo-ngomongnye.
Mulut jangan semakan-makannye.
Muke jangan semerengut-merengutnya.
Bibir jangan sedower-dowernye.
Purut jangan sebuncit-buncitnye.
Jidat jangan selicin-licinnye.
Pale jangan sebotak botaknye.
Tangan jangan sepegang-pegangnye.
Kaki jangan sejalan-jalannye.
Kulit jangan sebuduk-buduknye.

InsyaAllah… Wabarakallah…
Nangis jangan sejadi-jadinye
Marah jangan sengamuk-ngamuknye
Otak jangan selupe-lupenye.
Hati jangan sekosong-kosongnye.
Darah jangan sekotor-kotornye.

Puah! Alhamdulillah

Contoh Puisi Lama Gurindam

Siapa hendak menjadi guru
Maka rajinlah menuntut ilmu

Ketika sudah menjadi guru
Jangan merasa paling berilmu

Karena di atas langit yang biru
Masih ada langit yang lebih biru

Ajarlah murid dengan ilmumu
Serta teladan tingkah lakumu

Jikalau itu sudah kau laku
Resmilah engkau menjadi guru

Apabila mata terjaga.
Hilanglah semua dahaga.

Apabila kuping tertutup handuk.
Hilanglah semua kabar buruk.

Apabila mulut terkunci rapat.
Hilanglah semua bentuk maksiat.

Apabila tangan tidak terikat rapat.
Hilanglah semua akal sehat.

Apabila kaki tidak menapak.
Larilah semua orang serempak

Bila punya sifat yang kikir,
Sanak saudara akan menyingkir.

Apabila sudah mencinta,
Maka cepatlah berumah tangga.

Bila semua menuntut ilmu,
Tiada manusia suka menipu.

Janganlah kamu berputus asa,
Meski nasib apa adanya.

Semakin lama semakin sabar,
Peluang sukses makin melebar.

Jangan menghina jangan memaki,
Mari kita perbaiki diri.

Mari fikir sebelum bertindak,
Agar kecewa bisa terelak.

Bila diri terburu-buru,
Tanda jiwa dikuasai nafsu.

Maka sabar lebih utama,
Agar di akhir dapat bahgia.

Gurindam Dua Belas (12)

Gurindam dua belas adalah susunan gurindam karya Raja Ali Haji yang merupakan sosok sastrawan sekaligus pahlawan nasional dari Provinsi Kepulauan Riau. Karya fenomenal ini diselesaikan pada tanggal 23 Rajab 1264 H atau 1847 Masehi yang saat itu usia Raja Ali Haji baru sekitar 38 tahun.

Gurindam ini terdiri dari 12 pasal yang masuk sebagai kategori Syi’r Al-Irsyadi yang berarti syair petunjuk. Disebut demikian karena gurindam ini berisikan petunjuk serta nasehat agar bisa meraih hidup yang diridhai Allah SWT.

Isi Gurindam 12

Pasal Satu

Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat*.

Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegahnya* tiada ia menyalah*.

Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri*.

Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang terpedaya*.

Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat*.

Pasal Dua

Barang siapa mengenal yang tersebut,
Tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah mendapat dua termasa*.

Barang siapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.

Pasal Tiga

Apabila terpelihara mata,
Sedikitlah cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadalah damping*.

Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya paedah.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi’il* yang tiada senonoh*.

Anggota tengah hendaklah ingat,
Di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjaian yang membawa rugi.

Pasal Empat

Hati itu kerajaan di daiam tubuh,
Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.

Apabila dengki sudah bertanah,
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong*.

Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil* jangan diberi singgah,
Itulah perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,
Janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor,
Mulutnya itu umpama ketor*.

Di mana tahu salah diri,
Jika tidak orang lain yang berperi*.

Pasal Lima

Jika hendak mengenai orang berbangsa,
Lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
Sangat memeliharakan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia,
Lihatlah kepada kelakuan dia.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,
Di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai*,
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Pasal Enam

Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh dimenyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan ‘abdi,
Yang ada baik sedikit budi,

Pasal Tujuh

Apabila banyak berkata-kata,
Di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
Itulah landa hampirkan duka.

Apabila kita kurang siasat,
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.

Apabila banyak mencela orang,
Itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur,
Sia-sia sahajalah umur.

Apabila mendengar akan khabar,
Menerimanya itu hendaklah sabar.

Apabila menengar akan aduan,
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,
Lekaslah segala orang mengikut.

Apabila perkataan yang amat kasar,
Lekaslah orang sekalian gusar.

Apabila pekerjaan yang amat benar,
Tidak boleh orang berbuat honar.

Pasal Delapan

Barang siapa khianat akan dirinya,
Apalagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,
Orang itu jangan engkau percaya.

Lidah yang suka membenarkan dirinya,
Daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar,
Biar dan pada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa,
Setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan,
Kebaikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,
Keaiban diri hendaklah sangka.

Pasal Sembilan

Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,
Bukannya manusia yaitulah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua,
Itulah iblis punya penggawa*.

Kepada segala hamba-hamba raja,
Di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,
Di situlah syaitan tempat bergoda.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
Di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,
Syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru,
Dengan syaitan jadi berseteru.

Pasal Sepuluh

Dengan bapa jangan durhaka,
Supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat,
Supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai,
Supaya boleh naik ke tengah balai*.

Dengan kawan hendaklah adil,
Supaya tangannya jadi kapil.

Pasal Sebelas

Hendaklah berjasa,
Kepada yang sebangsa.

Hendaklah jadi kepala,
Buang perangai* yang cela.

Hendaklah memegang amanat,
Buanglah khianat.

Hendak marah,
Dahulukan hujjah*.

Hendak dimalui,
Jangan memalui.

Hendak ramai,
Murahkan perangai*.

Pasal Dua Belas

Raja mufakat dengan menteri,
Seperti kebun berpagarkan duri.

Betul hati kepada raja,
Tanda jadi sebarang kerja.

Hukum ‘adil atas rakyat,
Tanda raja beroleh ‘inayat*.

Kasihkan orang yang berilmu,
Tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,
Tanda mengenal kasa* dan cindai*.

Ingatkan dirinya mati,
Itulah asal berbuat bakti.

Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.

Keterangan:

Bakhil ; kikir atau pelit
Balai : rumah tempat menanti raja (di antara kediaman raja-raja)
Bahri : hal mengenai lautan (luas)
Berperi : berkata-kata
Cindai : kain sutra yang berbunga-bunga
Damping : dekat, karib, atau akrab
Fi’il : tingkah laku, perbuatan
Hujjah : tanda, bukti, atau alasan
Inayat : pertolongan atau bantuan
Kafill : majikan atau orang yang menanggung kerja
Kasa : kain putih yang halus
Ketor : tempat ludah (ketika makan sirih), peludahan
Ma’rifat : tingkat penyerahan diri kepada Tuhan yang setahap demi setahap sampai pada tingkat keyakinan yang kuat
Menyalah : melakukan kesalahan
Mudarat : sesuatu yang tidak menguntungkan atau tidak berguna
Pekong : (pekung) penyakit kulit yang berbau busuk
Penggawa : kepala pasukan, kepala desa
Perangai : sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatan
Senonoh : perkataan, perbuatan, atau penampilan yang tidak patut (tidak sopan)
Tegah : menghentikan
Terpedaya : tertipu
Termasa : tamasya

Contoh Puisi Lama Karmina

Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci

Sudah gaharu cendana pula
sudah tahu bertanya pula

kura-kura dalam perahu
pura-pura tidak tahu

gelatik di pohon jati
cantik itu yang baik hati

gelatik mematuk ubi
cantik itu yang berbudi

gelatik dalam rumah
cantik itu yang ramah

Sayur kangkung sayur pepaya
Kalau bingung tanya ahlinya

Contoh Puisi Lama Seloka

Untuk apa punya belati
Jika tak pernah jua diasah
Untuk apa beranak istri
Jika tak pernah dikasih nafkah

Jika tak pernah jua diasah
Si belati pun akan menumpul
Jika tak pernah dikasih nafkah
Nanti dapur pun takkan mengepul

Si belati pun akan menumpul
Jadi tak bisa memotong lada
Nanti dapur pun takkan mengepul
Anak istri pun kosong perutnya

Nafas Kambing di Padang Senja
Dibawa gerobak buntung
Sungguh indah pandangan syurga
Wahai engkau wanita berkerudung

anak pak dolah makan lepat,
makan lepat sambil melompat,
nak hantar kad raya dah tak sempat,
pakai sms pun ok wat ?

Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui

Contoh Puisi Lama Talibun

Jauh dimata jangan di pandang
Jauh dihati jangan di sakiti
Jauh badan jangan di sentuh
Kalau dosa terus di tambang
Walau mati itu pasti Tanda hatimu rapuh

Langit biru kian kelabu
Tanda hujan pun akan tiba
Membasahi bumi yang kering
Hati ini begitu sendu
Karena telah ditinggal ia
Merantau nuju negeri asing

Di kala hujan turun di telaga
Menarilah semua katak bersama-sama
Di dalam air yang mengalir di tempat
Jika hendak hidup sempurna
Perbanyaklah amal untuk sesama
Tinggalakan semua segala perbuatan maksiat

Berlayar menuju pulau di sana
Menerjang ombak di bulan purnama
Bersama nahkoda melempar jala
Agar memiliki gelar sarjana
Belajarlah dengan giat dan seksama
Jangan lupa selalu berdoa

Mencari udang hingga ke dalam celana
Udang hilang tak tahu rimbanya
Meninggalkan bekas luka tak seberapa
Tiada hari tanpa merana
Memikirkan adik yang tak jelas hidupnya
Membuat abang tak lagi menyapa

Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

Contoh Puisi Lama Syair

Syair Pendidikan

Wahai engkau para pemuda,
Engkaulah pewaris bangsa,
Giatlah belajar sepanjang masa,
Untuk membangun bangsa negara,

Ilmu bukanlah untuk harta semata,
Ilmu tak akan lekang oleh usia,
Sebab ilmu akan membuatmu terjaga,
Dan ilmu akan membuatmu dewasa,

Belajarlah tanpa malas,
Hormatilah semua penghuni kelas,
Masa depan perlu kerja keras,
Kalau perlu energi terkuras,

Hormatilah para guru,
Pandanglah sebagai orang tuamu,
Ilmu senantiasa akan masuk dalam kalbu,
Bersama berkah untuk jiwamu.

Belajar haruslah semangat
Rajin tekun serta giat
Agar ilmu mudah didapat
Masa depan semakin dekat

Ilmu didapat tiada cepat
Mesti sabar hatinya kuat
Moga Tuhan berikan rahmat
Maka jaga hati serta niat

Hidup di dunia sementara
Hidup di akhirat kekal adanya
Sadari itu wahai Saudara
Sebelum nanti akan terlupa

Pada zaman dahulu kala
Tersebutlah sebuah cerita
Sebuah negeri yang aman sentosa
Dipimpin sang raja nan bijaksana

Negeri bernama Pasir Luhur
Tanahnya luas lagi subur
Rakyat teratur hidupnya makmur
Rukun raharja tiada terukur

Raja bernama Darmalaksana
Tampan rupawan elok parasnya
Adil dan jujur penuh wibawa
Gagah perkasa tiada tandingnya

Itulah berbagai contoh jenis puisi lama yang bisa dijadikan sebagai sumber literatur untuk anda. Dari masing-masing contohnya kita dapat melihat bahwa setiap contohnya memiliki ciri khas tersendiri. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda dalam dunia pendidikan, khususnya Bahasa Indonesia.